Senin, 19 November 2012

Tulisan Dirimu

Jika kau dulu meminta aku menuliskan bagaimana dirimu, maka sekarang aku bisa katakan

Aku beruntung memilikimu

Sosok calon pendampingku yang mau mengerti aku disaat berat ini

Mau memberikan perhatian dan semangat untuk ku

Rela menungguku hingga aku kembali

Tidak ada yang bisa aku berikan seindah itu untukmu



(Kalibata, 19 November 2012)




Minggu, 07 Oktober 2012

Westy, Si Apa Adanya

Sibolga, 26 Juni 1989. Seorang ibu melahirkan putri yang istimewa ke muka bumi ini. 

Always Ceria! Itulah motto hidupnya.

Kuning. Adalah warna kesukaannya.

Mengenalnya dan dekat dengannya merupakan suatu anugerah terindah yang pernah kumiliki. Aku disini tidak mau berlebihan dalam menilainya. Tapi itulah dia apa adanya.

Westy Nanda Silitonga.

Seorang gadis batak, tapi tak kan ada yang menyangka jika ia adalah asli suku batak (yang khas dengan nada suara yang tinggi dan tegas). Ia lemah lembut dalam bertutur kata, ceria, dan selalu menjadi penghibur hati dimanapun ia berada. 

Makhluk satu ini menurutku memiliki aura positif yang overload. Dimanapun ia berada, disana pasti terdapat keceriaan.

Apa yang ia lakukan adalah tulus apa adanya.

Berawal dari sebuah pelantikan suatu organisasi mahasiswa. Aku ditempatkan di Departemen Advokasi. Yah, disanalah awal mula perkenalan kami. Pelantikan tersebut tepatnya di bunderan UGM. Setelah berdiskusi sedikit dengan para sesepuh organisasi, kami para anggota baru organisasi kemahasiswaan tersebut bergegas pulang karena adzan maghrib sudah berkumandang. Saat itu motor kutinggal di fakultas, jarak antara lokasi pelantikan dengan fakultas jika ditempuh dengan berjalan kaki memakan waktu sekitar 10 menit. Lumayan juga. Saat itu aku mulai banyak bercerita dengan westy. Aku ingat saat itu kami sama-sama berjalan cepat untuk menuju fakultas. Kami saling bertanya asal usul kami.
 

Selanjutnya pertemanan kami makin erat karena rapat departemen sudah mulai sering dilakukan. Karena pulang rapat sering malam, saat itu dia belum bersepeda ke kampus, melainkan berjalan kaki. Jadi, kebetulan aku yang membawa motor, kita sering bareng. Kos dia dan kos aku cukup dekat. Jadi sekalian aja bareng. Biasanya habis rapat kita berburu makan malam yang hemat. Biasanya kita makan ayam goreng Pak Joko, karena nasinya banyak dan ayamnya gede banget, harganya juga murah banget [tapi sekarang udah nggak ada :( ], kalo enggak kita makan di mbok galak yang lebih murah, hehe.

Tidak ada ikrar persahabatan yang kami buat. Tapi hati kami yang menyatu dengan sendirinya.

Sikap apa adanya dia lah yang membuatku selalu ingin mencontohnya. Ia adalah gadis yang over mandiri bukan gadis manja, prinsip hidupnya selama ia masih bisa melakukan sesuatu dengan apa yang ia miliki maka ia akan melakukannya sendiri. Sifat ini kadang menjadi kelemahan baginya sendiri, karena tiap masalah ia handle sendiri dan untuk bercerita pun ia jarang. Ia tak suka merepotkan teman. Tapi ini akan menjadi pikiran yang over untuknya. Hingga akhirnya jika ia tak tahan, bisa terlihat dari raut wajahnya. Dan seketika itu juga jika aku menanyakan westy kenapa? Kemudian bagaikan gencatan senjata, ia menumpahkan segala permasalahan yang memenuhi pikirannya padaku. Aku hanya bisa tersenyum, sungguh tangguh gadis didepanku ini, ucapku dalam hati.

Keadaan apapun selama aku berada di kota gudeg ini, tak terlepas dari perannya. Saat aku menjadi wali untuk adikku yang melanjutkan sekolah menengah atas di kota gudeg ini, itupun tak pernah terlepas darinya. Mulai dari rapat orang tua wali murid adikku, aku dan westy yang menghadiri. Dari adikku masuk SMA sampai dengan perpisahan sekolahnya. Aku dan westy yang menghadiri dan berperan sebagai wali adikku (bapak ibuku nggak tinggal di jogja soalnya).

Suatu hari aku pernah marah padanya, cerita itu berawal saat aku dirawat dirumah sakit di jogja. Beberapa teman termasuk Westy, dengan sabar menungguiku di rumah sakit. Rumah sakit itu terletak di ring road, yang aku enggak sampai hati Westy datang bolak balik ke rumah sakit menggunakan sepeda pink nya. Sepeda mininya. Ring road di jogja ini cukup ramai, aku bener2 enggak sampai hati. Tapi Westy kekeuh untuk menjagaku di rumah sakit sampai aku sembuh. 3 hari setelah keluar rumah sakit, aku mendengar kabar bahwa sepulang aku keluar dari rumah sakit ia tertabrak motor di ring road depan rumah sakitku itu. Dan ia mengatakan pada semua orang agar jangan memberitahuku karena ia tidak ingin membuatku khawatir. Aku marah dan langsung menelponnya. Tapi dengan enteng dia bilang dia nggak kenapa2, dan hanya lecet sedikit. Padahal sepedanya rusak dan dia nggak bisa jalan. Sungguh aku jarang menemukan teman setulus westy :')

Keceriaannya selalu membekas dihati. Ketika aku dilanda masalah, aku bisa segera move on karena virus positif yang selalu ia tularkan padaku. 

Ia gadis yang cerdas dan bisa membanggakan orang tua dan keluarganya. Ia lulus kuliah menyandang predikat cumlaude ditengah kesibukannya menjadi aktivis sejati dan kegiatan lainnya. Dan kini ia telah bekerja di sebuah lembaga perbankan yang membanggakan. Kebahagiaan itu tentunya sekaligus kesedihan yang harus aku terima karena saat itu juga aku harus berpisah dengannya.

Semoga perpisahan raga tak kan pernah memisahkan hati kita :)


Jumat, 05 Oktober 2012

iTu dESISan yang harus selesai dalam sekejap

Alay banget ya judulnya, wehehe :D sebenernya kali ini sesi curhat. Dulu jaman sekolah, kalo udah mau ujian akhir nasional semua tegang dan belajar segiat-giatnya biar cepet lulus. Pihak sekolah juga nggak akan biarin muridnya buat santai-santai. Sekolah dulu bahkan menyediakan jam ekstra buat belajar, biar satu sekolah semua lulus 100%. 

Begitu masuk perguruan tinggi, kondisi itu berbalik 180 derajat. Gak bakalan ada yang mau peduli ama kita. Nggak akan ada yang nyuruh buat rajin sekolah dan sebagainya. Semua serba kesadaran diri sendiri. Bahkan nggak jarang kejadian kalo udah jadi mahasiswa dan tinggal pisah dari ortu banyak memanfaatkan waktu untuk bolos kuliah, dengan alasan ketiduran wekekeke :D lucu, tapi itu emang nyata. Biasanya kalo dirumah ada ibu yang bangunin, tapi begitu pisah dari ortu nggak ada lagi yg bangunin. Permasalahan mahasiswa nggak berenti sampe disitu. Kalo udah keseringan nggak masuk kuliah, permasalahan yang bakal dihadepin adalah nggak boleh ikut ujian. Wah, pasti udah kebakaran jenggot kalo udah kayak gitu. Berbagai carapun ditempuh buat bisa ikut ujian, dari yang halal sampai yang haram :D

Belum lagi kalo udah jadi mahasiswa angkatan tua *.* Skripsi menghantui. Makan inget skripsi, tidur mimpi skripsi, duduk juga inget skripsi. Mungkin skripsi adalah hal yang paling menakutkan mengalahkan hantu-hantu terserem yang ada dimuka bumi ini, wahaha 
Dan sebenernya saat ngerjain skripsi ada hal yang lebih menakutkan dan bikin penyelesaian skripsi jadi terhambat. Itu nggak lain nggak bukan adalah MALAS. dziiingggg kalo udah dihinggapi rasa itu, adooohh rasanya buat nyentuh komputer aja alergi banget *kecuali buat ngenet* #pengalaman pribadi sepertinya ;) Belom lagi kalo ketemu dosen pembimbing skripsi, langsung salah tingkah dan kalo bisa lari mungkin bisa kecepatan 100 km/jam.

Nah kalo sampe lanjut sekolah lagi dan es nya makin banyak (es 1 + es 1 = es 2 *pilek*), beda ama jaman bikin skripsi di es 1. Baru aja masuk kuliah, belom ada sehari pasti pikirannya udah pengen ngerjain tesis ajah, hadooww.. Biasanya karena faktor tuntutan usia (red: tua) :D Kurikulum belom ngijinin buat bikin tesis tapi udah ngebet aja. Yap, lika liku didunia pendidikan ini lucu dan unik. Nikmatin aja semuanya. Semoga apapun yang sedang dikerjakan bisa berjalan lancar dan cepet selesai. Karena masih banyak antrian sederet agenda yang harus dikerjakan demi mencapai cita dan harapan. Always say Bismillah :)



Rabu, 26 September 2012

Menyayangi Mereka

Semangatnya mengayuh sepeda dengan wajah berbinar di tengah hiruk pikuk padatnya lalu lintas Jogja di sore hari, membuatku semangat untuk segera menuliskan dari apa yang kulihat di sore ini tadi.

Yap, seorang bapak yang berusia sekitar 40-45 tahun dengan sigap dan semangat mengayuh pedal sepedanya demi menjajakkan sayuran yang ada di gerobaknya. Tumpukan sayur yang tinggal sedikit dan mulai menunjukkan kemalasannya untuk dijual, tak mampu menggoyahkan semangat si bapak untuk tetap mengayuh sepedanya sampai ada orang yang mau untuk membeli sayuran yang dibawanya itu. 


Keringat bercucuran tiada henti, itu terlihat dari handuk yang dikalungkan dileher si bapak tak henti-hentinya di lapkan ke wajah si bapak, tak sedikitpun memudarkan senyuman si bapak sepanjang mengayuh sepedanya. Benar-benar sebuah senyum yang tulus yang terkembang diwajahnya.

Anakku, Istriku, menungguku dirumah.

Mungkin itu yang membuat senyum si bapak tak pernah pudar sedikitpun. Kerja keras orang tua tentunya tak pernah terlepas dari harapan-harapan pada anaknya untuk bisa menjadi lebih baik dari apa yang sekarang dikerjakan oleh orang tuanya. Aku yakin, bapak itu berharap anaknya kelak bisa menjadi orang yang berhasil, hingga ia begitu bersemangat menjalani pekerjaannya. 

Tapi, terkadang sebagai anak, kita sering nggak sadar atau bahkan dengan sadar sering kali merepotkan orang tua. Misalnya, minta uang sekenanya biar bisa beli ini itu demi mengikuti tren mode yang sedang berkembang, bolos kuliah (*bagi para mahasiswa), males ngerjain tugas akhirnya bikin nilai jelek, dan sikap-sikap lain yang bikin repot orang tua.

Sampai kapanpun, kita sebagai anak nggak akan pernah bisa yang namanya bales jasa orang tua buat kita. Ibu. Udah ngandung kita selama 9 bulan 10 hari, melahirkan (perjuangan antara hidup dan mati), dan membesarkan kita. Gimana coba mau balesnya? Bahkan kita aja disuruh ini itu aja minta pake imbalan segala (*totally, kita sebagai anak g akan pernah bisa bales jasa mereka). Ayah. Kerja keras banting tulang demi biayain kita, dari lahir sampe kita gede begini. Ayah biasanya sosok yang diam, nggak sebawel ibu. Tapi sekali sosok ayah marah, hap! heninglah seisi bumi ini (lebaaay :p). Nah, boong banget kalo ada orang bilang, aku bisa bales jasa orang tua. 

Yah, sebelum terlambat, nggak ada salahnya kita mulai merubah sikap pada orang tua. Menyenangkan hati orang tua pasti bisa buat kita bahagia. Dijamin deh ;)

Inget surat ini kan?
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)

Selasa, 25 September 2012

...







                                      Feel Lonely

Tiba-Tiba

Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya :) 

seberat apapun cobaan yang dihadapi, kalau ingat akan rangkaian kata diatas membuat hati ini selalu merasa plong. Ibarat lagi flu berat, trus minum obat flu sirup rasa mint, hmmmm.. cess ploong :D 


Entah mengapa minggu ini penuh dengan kejutan. Kejutan yang bisa bikin remukin hati juga sekaligus bisa bikin seneng banget. hmmm..

Semua serba tiba-tiba
Tiba-tiba dalam sehari dapet dua kabar yang bikin hati seneng banget, tapi juga menyikapinya dengan perjuangan yang ekstra dan butuh pengorbanan yang ekstra. Serba ekstra.

Semua serba tiba-tiba
Saat hati mempersiapkan menyambut hari penting itu yang diperkirakan masih sekitar beberapa bulan lagi, tiba-tiba harus mempersiapkan hati yang lebih kuat untuk menghadapi kenyataan yang memang harus dihadapi dengan lebih kuat dan ekstra persiapannya karena ada dua kemungkinan, hari yang tetap atau hari yang maju. Wallahua'lam bishawab.

Semua serba tiba-tiba
Rumah. Lagi-lagi rumah. Mungkin ini cara Allah SWT menyayangiku. Mengajariku sedari dini bagaimanakah menjadi dewasa, bagaimanakah mengatasi segala macam persoalan rumah tangga sebelum aku berumah tangga, subhanallah :)

Semua serba tiba-tiba
Sungguh Allah Maha Besar yang menciptakan segala apa yang ada dimuka bumi ini. Apapun yang Allah inginkan bisa terjadi dalam hitungan detik bahkan mungkin jika ada waktu yang lebih kecil dari detik, bisa dipakai untuk menyebutnya. 

Semangat dalam menjalani tiap hembusan nafas yang Allah SWT berikan, dan selalu bersyukur atas segala nikmatnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang beriman :)

Minggu, 29 Juli 2012

Airku Kehidupanku

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S.Ar-Rahman:13)

Nafas gratis, hal kecil yang sering terlupakan. Coba deh beli oksigen di apotek, bukan main harganya, mahal. Subhanallah, sungguh Allah SWT Maha Besar.

Gatel-gatel rasanya kalo sampe seharian nggak mandi. Aktivitas simple lainnya, mandi. Biasanya kita mandi nggak make mikir, langsung masuk ke kamar mandi dan jebar jebur sesuka hati, yang penting badan habis mandi udah wangi dan bersih aja. Kita yang tinggal menikmati air yang melimpah yang ada dirumah kita, entah dari sumur, air tanah yang dipompa atau air PDAM kadang suka nggak sadar banyak sodara kita yang kesusahan buat dapetin air bersih. Kita yang make air nggak make mikir (paling mikir buat bayar, itupun kalo inget :p) kadang (atau bahkan sering :p) lupa buat bersyukur atas nikmat air yang udah Allah SWT kasih buat kita.

Kebayang nggak sih gimana susahnya sodara-sodara kita yang susah buat dapetin air bersih? 

Hmm.. curhat dikit ya, dulu waktu sebelum aku tinggal di Jogja, aku menikmati masa SMP dan SMA ku di Samarinda. Sempet ngerasain yang namanya kesusahan dapet air bersih, padahal logikanya disana Sungai Mahakam gedenya bukan maen, lebarnya aja 1 km, belum panjanganya yg panjaaaaaaang banget, dengan kedalaman yang daleeeemmm banget, tapi kenapa masyarakat disana susah banget buat dapetin air bersih, miris. Air PDAM yang kita bayar tiap bulannya suka byar pet, yah nasibnya g jauh bedalah ama nasib listrik yang kalo g mati dalam sehari aja rasanya g afdol (*loh). Air juga gitu, suka mati. Jadi tiap rumah mau g mau punya satu atau lebih penampungan air. Sungguh berkah kalo hujan turun. Aku yang masih SMP dan SMA waktu itu selalu diwanti-wanti Ibu, kalo hujan buru-buru bawa ember keluar dan nampung air hujan buat mandi. Biar kata orang bahaya, tapi mau gimana lagi kondisi yang memaksa kita buat ngelakuin itu semua, haha lebay :p Kalo cuma ngandelin bak tampung air warna oranye yang kita punya dirumah itu, g bakalan mandi deh berhari-hari. Soalnya kan air juga buat nyuci, buat masak, de el el. Ada sih yang jualan air gitu, tapi antrinya bukan maen. Dan lagi-lagi nggak bisa diandelin si gendut oranye itu.

                                          ini contoh si gendut oranye kayak yg dirumah

Nah itu sedikit gambaran betapa berharganya setetes air buat manusia. :D 

Saat ditelpon ama Kiki kalo di Jogja ada daerah yang sampe kekeringan air, aku sedikit kaget. Dan saat diajak buat baksos air, aku mau banget karena aku sendiri pernah ngerasain gimana susahnya hidup tanpa air bersih. 

Yap, inilah Acara Bakti Sosial yang insya Allah akan dilaksanakan tanggal 12 Agustus 2012

Acara ini kerjasama antara Komunitas Ceria dengan Tim TAGANA Kab. Bantul dan Rumah Harapan 23. Semoga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, dan setidaknya bisa sedikit membantu masyarakat dalam pengadaan pasokan air bersih mendekati Hari Raya Idul Fitri 1433 H, aamiin yaa Robbal 'alamiin :)

Siapa saja boleh ikut dan bergabung dalam acara ini. Yuk ikutan ;)




Sabtu, 28 Juli 2012

Komunitas Ceria

”Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras dalam hukuman-Nya.” (Q.S. Al-Maidah ayat:2)

Bangga, bahagia, dan terharu bercampur menjadi satu. Karunia Allah SWT memang sungguh luar biasa. Sujud syukur hanya kuberikan pada Allah SWT atas nikmat yang begitu banyak diberikan-Nya padaku, manusia yang penuh dosa dan kesalahan. Bagaimana tidak? Dia telah memberikan nafas gratis, negara yang aman dan nyaman, lingkungan yang taat pada-Nya, dan yang paling penting adalah teman-teman yang subhanallah.

Yap, aku bersyukur banget dikirim Allah SWT ke Jogja buat menuntut ilmu dan dipertemukan dengan teman-teman yang luar biasa. Luar biasa karena semua ingin selalu dekat dengan-Nya dan selalu saling mengingatkan satu sama lain. Dan yang terpenting adalah keinginan dan semangat untuk selalu berbagi mereka yang selalu membara dan tak pernah padam, subhanallah :')

Awalnya kami semua dipersatukan dalam wadah organisasi keagamaan mahasiswa yang ada di kampus kami, yaitu Keluarga Muslim Fakultas Hukum UGM dan juga organisasi kemahasiswaan Dewan Mahasiswa Justicia. Dikedua organisasi tersebutlah kami banyak belajar hal-hal tentang nikmatnya berbagi dengan sesama. Serigkali kami ke desa-desa yang ada disekitar wilayah D.I. Yogyakarta, untuk sebatas berbagi apa yang kami miliki sebagai mahasiswa, misalnya tenaga "muda" kami yang mungkin bisa sedikit bermanfaat bagi masyarakat.

1 tahun, 2 tahun, tak terasa kami sudah harus mengakhiri status "mahasiswa" yang tak mungkin kami sandang secara terus menerus. Teman-teman yang tak semuanya berasal dari Yogyakarta, perlahan sudah pulang ke daerah mereka masing-masing. Aku, yang hidup secara nomaden karena tugas orang tua yang selalu pindah-pindah, akhirnya tetap bertahan di Yogyakarta dan statusku akhirnya menjadi penduduk Kabupaten Sleman :D

Terpikir dibenak tentang berbagai keinginan untuk bisa melakukan berbagai kegiatan seperti dulu saat masih menyandang status sebagai mahasiswa, namun belum bisa kesampaian untuk melaksanakannya. Sempat ingin membuat sebuah perpustakaan keliling dengan seorang sahabat, Westy, yang berasal dari Sibolga, namun niat itu belum bisa terlaksana karena Westy sudah diterima bekerja disalah satu Bank Nasional dan harus meninggalkan Jogja, hiks :')

Allah SWT, Maha Mengetahui segala-galanya. Suatu sore menjelang ramadhan 1433 Hijriyah, saat sedang buru-buru mandi, tiba-tiba ada sms masuk dari Kiki (Wahyu Rizki) temen sekampus juga dan orang Bantul asli :) dia sms bilang mau ngajak buat ngadain baksos. Subhanallah, rasanya pengen lonjak-lonjak kegirangan baca sms itu. Aku seketika mengiyakan niat baik temenku itu. Dia juga sms temenku yang lain ada anjar dan isti. Mereka juga mengiyakan.

                                ini Kiki dan Isti :D punggawa-punggawa Bantul 

Alhasil disepakatilah rapat perdana kami tanggal 19 Juli 2012. Saat itu yang bisa hadir hanyalah aku, kiki dan umam. Anjar dan isti nggak bisa datang karena ada hal lain yang harus dikerjakan. Nggak masalah sama sekali. Akhirnya dengan basmalah kami memulai rapat perdana tersebut. Berbagai ide sudah kami tuangkan dalam tulisan untuk diwujudkan dalam sebuah proposal, namun satu hal yang kami lupa. Kami belum memiliki nama komunitas untuk menunjukkan identitas diri kami. Akhirnya kami mencari ide dan menemukan sebuah nama yang lucu, simpel, menarik, dan tentunya penuh makna. Ceria. Yap! Komunitas Ceria. Itulah nama yang kami pilih. 





                               ini dia logo Komunitas Ceria, by: M.W. Umam :D



Nama itu bukanlah sekedar nama tanpa makna. Dengan identitas ceria, kami mengajak siapapun untuk dapat bergabung dalam komunitas ini yang tujuan kedepannya ialah untuk saling berbagi keceriaan menjemput cinta-Nya. 

Ajakan secara lisan dan media sosial membuahkan hasil. Alhamdulillah banyak teman yang bergabung di komunitas ini dan menyatukan hati bersama di komunitas ini. Ada qorin, sutan, edo, unik, yogi, shanty, dan mas rifai.

Bismillah, agenda pertama Komunitas Ceria ini akan diawali dengan kegiatan bakti sosial di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul yang memang selalu kekurangan air bersih, terlebih saat kemarau seperti saat ini. Semoga Allah SWT meridhoi acara dan komunitas ini, aamiin :)
Ayo siapa yang mau bergabung lagi?


Minggu, 20 Mei 2012

Bukan Untuk Sembarang Hati (SHE)

Aku cinta mati padamu
Takkan sanggup tanpamu
Bahagiamu itu bahagiaku
Dan setiap air matamu
Itulah juga kesedihanku

#
Aku cinta mati padamu
Jangan pernah meragukanku
Terlalu dalam cintaku ini
Mungkin aku bisa mati
Bila harus kehilangan dirimu

Reff:
Bukan untuk sembarang hati
Aku katakan ini
Sungguh aku cinta kamu
Bukan untuk sembarang hati
Hingga nafas berhenti
Aku rela berlelah untukmu

Back to #, Reff



Perasaan sayang dan cinta tak kan bisa diberikan pada sembarang orang. Perasaan itu hanya dapat kuberikan pada pilihan-Nya. Semoga Allah SWT memudahkan tiap langkah menuju hari dimana penantian panjang itu akan berakhir :')

Selasa, 24 April 2012

Cinta Bunda

yap, ini tadi ceritanya iseng buka-buka folder masa lalu, dan saya pun menemukan cerpen yang pernah saya buat semasa SMA, hehe judulnya "Cinta Bunda"
nah ini lah ceritanya :D selamat membaca..



Kutatap wajah bunda yang sedang tertidur pulas disebelahku. Wajah yang lembut dan penuh cinta. Terlintas di benakku tentang semua yang telah bunda berikan padaku dan ketiga kakakku.
Tak terasa air mataku mengalir. Aku terharu. Aku membayangkan perjuangan bunda untuk menjadi seorang single parent. Yah, single parent. Itu karena ayahku telah meninggal karena kecelakaan pesawat. Ketika itu aku masih berusia 1 tahun. Jadi, aku belum terlalu merasakan kasih sayang seorang ayah. Tapi rasa itu sirna setelah melihat perjuangan bunda yang tidak pernah mengeluh untuk membesarkan aku dan ketiga kakakku.
Kini usiaku sudah menginjak 18 tahun. Besok adalah hari ujianku untuk meninggalkan bangku SMA. Aku akan berusaha keras. Aku ingin berhasil seperti ketiga kakakku dan seperti bunda.

* * *
“Sayang, besok kalau bunda tidak salah, ada malam perpisahan ya di sekolahmu?” bunda bertanya padaku pada saat kami berdua sedang sarapan, sehari setelah ujian sekolah dilaksanakan di sekolahku.
“Iya. Memangnya kenapa bunda?” aku menjawab pertanyaan bunda.
“Bunda mau tau aja, April udah punya gaun atau belum?”
“April belum sempat beli, bunda. Rencananya sih, April mau pakai gaun yang ada aja. Jadi, nggak usah beli baru lagi.”
Bunda tidak menyambung kata-kataku lagi. Dan hanya mengangguk kemudian menyelesaikan makannya dan segera beranjak dari meja makan, kemudian masuk ke dalam kamarnya.
Aneh sekali, pikirku. Tak seperti biasanya bunda seperti itu. Tetapi tak lama kemudian, bunda keluar kamar dengan membawa sebuah kotak yang berukuran lumayan besar. Yah, kira-kira sebesar kardus mi instan.
“Coba sekarang sayang tebak apa isi dari kotak ini?” bunda berkata padaku seraya meletakkan kotak itu ke atas meja makan.
“Emm… Apa ya? Boneka?” aku menerka-nerka.
“Salah, sayang. Lebih baik, sekarang sayang buka deh kotak itu.”
Setelah bunda berkata seperti itu, aku segera membuka kotak itu. Wow, isinya ternyata sebuah gaun malam berwarna biru yang indah.
“Ini buat siapa, bunda?” tanyaku penasaran.
“Ya buat anak bungsu bunda dong,” bunda berkata sayang padaku.
Dengan segera aku memeluk bunda penuh haru. Tak henti-hentinya kuucapkan terima kasih pada bunda. Dalam hati kecilku aku sangat bersyukur sekali memiliki bunda yang penuh cinta. Bunda, April sayang bunda, kataku dalam hati.

* * *
Malam ini, telah kukenakan gaun indah pemberian bunda, kemarin. Kini aku sedang dalam perjalanan pulang dari hotel tempat dilaksanakannya acara perpisahan sekolahku bersama Mas Al, kakak keduaku. Kebetulan ketiga kakakku sedang berada di rumah semua.
Mas Al bekerja di sebuah perusahaan asing di Balikpapan, Kalimantan Timur. Jadi, kalau ada libur sebentar, Mas Al tidak menyia-nyiakannya untuk pulang ke Jakarta.
Lain halnya dengan Mbak Yanda dan Mas Fawwaz, kakak pertama dan ketigaku. Mereka berdua tinggal di Bandung, dan setiap minggunya pulang, kecuali ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan.
Mbak Yanda, kakak pertamaku, bekerja pada sebuah perusahaan swasta dan sebagai pekerjaan sambilan, mbak Yanda menjadi penyiar radio swasta yang terkenal di Bandung.
Sedangkan Mas Fawwaz, kakak ketigaku, masih kuliah di Universitas Padjajaran, Bandung. Sekarang sudah semester empat. Sambil kuliah, Mas Fawwaz juga mengambil pekerjaan sampingan sebagai guru les matematika. Yah, memang, Mas Fawwaz ahli di bidang matematika.
Tak lama kemudian, kami sudah sampai di rumah. Tapi, aku rasa ada yang janggal. Tak seperti biasanya bunda tak menyambut kedatanganku. Biasanya setiap aku pulang dari manapun, atau kakak-kakakku datang dari manapun, bunda selalu menunggu di teras rumah, kecuali bunda sedang keluar kota atau bunda sedang sakit. 
Perasaanku mulai gundah. Dengan segera aku turun dari mobil dan mendapati Mas Fawwaz sedang duduk melamun di ruang tamu.
“Mas, bunda mana?” tanyaku pada Mas Fawwaz.
“…….”
“Mas, kok nggak jawab pertanyaanku sih? Bunda mana?” aku mendesak Mas Fawwaz untuk menjawab pertanyaanku.
“Bunda… Bunda, ada di kamar. Jantung bunda kambuh lagi,” Mas Fawwaz berkata lirih.
Aku segera berlari ke kamar bunda. Disana, Mbak Yanda sedang menunggu bunda dengan penuh kesabaran. Terlihat di raut wajah Mbak Yanda kesedihan yang mendalam.
 Aku melangkah ke dalam kamar bunda penuh kehati-hatian. Aku tak mau bunda terbangun dari tidurnya. Setelah aku sampai di samping Mbak Yanda, dia memelukku. Kurasakan ada yang menetes hangat di bahuku. Mbak Yanda menangis di bahuku. Tangisan tanpa suara, hanya air matanya yang menggambarkan kesedihannya yang mendalam. Akupun tak bisa menahan tangisku.
Terdengar pintu kamar bunda berbunyi, seperti ada yang membukanya. Kemudian terdengar langkah kaki masuk ke kamar bunda dari pintu itu. Mas Al dan Mas Fawwaz berjalan mendekati kami. Mereka pun tak dapat menyembunyikan kesedihan yang mereka rasakan.
Keesokan harinya, keadaan bunda tidak kunjung membaik. Maka, kami memutuskan untuk membawa bunda ke rumah sakit.
Setelah beberapa hari di rumah sakit, keadaan bunda mulai membaik dan ketiga kakakku pun sudah kembali untuk merantau. Kini, aku sendiri yang menunggu bunda di rumah sakit. Mbok Asih, orang yang telah lama bekerja pada keluarga kami, menjaga rumah sendiri.
Handphone ku dalam sehari tak berhenti berbunyi. Baik itu mendapat telepon atau sekedar mendapatkan sms dari kakak-kakakku yang menanyakan keadaan bunda. Tak hanya dari kakak-kakakku saja, terkadang keluargaku yang lain dan teman-teman bunda juga menghubungiku.
Beberapa pekerjaan bunda sebagai notaris, agak terbengkalai. Namun itu semua kemudian dapat diatasi oleh beberapa asisten bunda.
Kini sudah hampir dua minggu lebih bunda berada di rumah sakit. Ternyata setelah pemeriksaan lebih lanjut, penyakit bunda tak hanya jantung saja, tetapi bunda juga terserang diabetes.
Besok aku harus berangkat ke sekolah untuk melihat pengumuman kelulusanku. Tetapi, keadaan bunda hari ini memburuk lagi. Aku sangat khawatir. Segera saja aku menghubungi ketiga kakakku. Dan mereka pun memutuskan untuk pulang ke Jakarta.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah berangkat ke sekolah untuk melihat pengumuman kelulusan. Sesampainya di sekolah, kulihat teman – temanku sedang cemas menanti pengumuman tersebut. Dan tak lama kemudian, pihak sekolah mengumumkan bahwa semua siswa kelas tiga dinyatakan lulus seratus persen.
Kami bersorak gembira mendengar pengumuman tersebut. Kemudian, semua siswa yang muslim melakukan sujud syukur di masjid sekolah. Rasa haru menyelimuti sekolahku yang terletak di sudut kota itu.
Setelah semua urusan sekolah selesai, dengan segera aku naik metro mini menuju rumah sakit. Aku membawa ijazah kelulusanku dengan penuh kebahagiaan. Aku akan menunjukkan ijazahku pada bunda. Aku yakin bunda pasti bahagia.
Setelah aku sampai di depan pintu kamar bunda, kulihat di dalam kamar, ketiga kakakku dan beberapa sanak saudaraku yang datang dari luar kota membacakan ayat suci Al – Qur’an di sisi-sisi tempat tidur bunda.
Deg. Jantungku serasa mau berhenti berdetak. Apa yang sebenarnya terjadi, ya Allah? Dengan segera aku mendekati tempat tidur bunda. Terlihat nafas bunda tersengal-sengal. Aku tak kuasa menahan air mata. Dengan segera Mas Al memelukku dan menuntunku ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, agar aku bisa bersama-sama mereka untuk membacakan ayat suci Al - Qur’an untuk bunda.
“Sayang, Mas Al mohon, kendalikan diri ya? Sekarang ambil air wudhu setelah itu bergabunglah dengan kami. Kita tuntun bunda bersama ya?” Mas Al mencoba menenangkanku.
Dengan segera aku mengikuti saran Mas Al. Aku berusaha tenang. Sesekali ku tatap wajah bunda yang tampak pucat dan terlihat begitu lelah untuk bernafas. Nafas bunda semakin tidak terkendali dan terlihat bunda ingin mengucapkan pesan-pesan terakhirnya pada kami anak-anaknya.
“Yan… Yanda, Al, Fawwaz, bunda titip April. Jagalah dia, dan wujudkan cita-citanya. Maafkan atas semua kesalahan bunda selama ini. Dan pesan bunda yang terakhir, selalu ingatlah pada Yang Kuasa.”
Setelah mengucapkan beberapa kalimat tersebut, bunda dituntun oleh Mas Al untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan kemudian bunda dijemput oleh Yang Kuasa.
Kami berempat berpelukan, erat sekali. Tangis kami pecah. Kami tak menyangka bunda akan pergi menyusul ayah secepat itu.
“Terima kasih bunda. Terima kasih atas semua cinta bunda pada kami. Tiada orang lain yang bisa menggantikan posisi bunda dalam hidup kami. Terima kasih bunda, telah melahirkan, mendidik dan membesarkan kami dengan gigih dan penuh cinta. Kami, yang bukan apa-apa tanpa tuntunan bunda akan selalu berusaha mewujudkan semua angan-angan dan harapan bunda pada kami,” Mbak Yanda berkata lirih disamping jenazah bunda dan kemudian mencium bunda untuk yang terakhir kalinya.
Kemudian Mas Al, Mas Fawwaz dan aku bergantian mencium bunda untuk yang terakhir kalinya.
Terima kasih bunda…..



Created by • Ayunita N.R.

Senin, 23 April 2012

Asuransi Sosial = Jaminan Sosial

Salah satu mata kuliah yang saat ini saya dapatkan ialah hukum asuransi. Sebagai mahasiswa, saya dan teman-teman mendapatkan tugas untuk mempresentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum asuransi yang berkembang di Indonesia. Saat salah seorang dari teman saya mempresentasikan tentang asuransi sosial, maka muncul pertanyaan apakah sama antara jaminan sosial dan asuransi sosial?

Muncullah perdebatan pada diskusi atas presentasi tersebut. Ada yang berpendapat bahwa asuransi sosial adalah sama dengan jaminan sosial, namun ada yang berpendapat sebaliknya, yaitu asuransi tidak sama dengan jaminan sosial. Nah, dari perdebatan tersebut mari kita uraikan bersama apa sebenarnya asuransi sosial dan apa jaminan sosial itu?

Pada dasarnya, di Indonesia asuransi dibagi menjadi dua, yaitu asuransi komersial dan asuransi sosial. Pengaturan mengenai asuransi ini pada umumnya diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Sayangnya, pengaturan tersebut tidak memberikan pengertian yang jelas dan tegas mengenai asuransi kerugian, melainkan hanya menyebutkan pengertian asuransi secara umum, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) yang antara lain bunyinya adalah sebagai berikut:

Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerudian, kerusakan atau kehilangankeuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”

Berdasarkan pengertian tersebut, asuransi komersial dapat diartikan sebagai asuransi yang diselenggarakan oleh perusahaan asuransi yang betujuan untuk mencari keuntungan dengan mengadakan suatu perjanjian dengan pihak tertanggung dalam suatu perjanjian asuransi yang saling mengikatkan diri tanpa adanya paksaan dari salah satu pihak dan sesuai dengan kehendaknya masing-masing yang ditentukan pada terjadinya suatu peristiwa yang tidak dapat ditentukan (evenement). Asuransi komersial ini misalnya Asuransi Jiwa, Asuransi Pendidikan, dan Asuransi Kerugian.

Selain asuransi komersial, juga terdapat apa yang dikenal dengan asuransi wajib yang sifat pelaksanaannya wajib dilaksanakan oleh pemerintah guna kesejahteraan rakyat berdasarkan perintah undang-undang dan beban premi ditanggung oleh pemerintah. Asuransi sosial ini misalnya, JAMSOSTEK, ASKES, TASPEN, & ASABRI. 

Pengaturan mengenai asuransi sosial tersebut terpisah dari Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Pengaturan kesemuanya tersebut diatur secara parsia, ada yang diatur dengan undang-undang, namun ada pula yang diatur dengan peraturan pemerintah. Namun, seiring berjalannya waktu pemerintah membuat pengaturan mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional yaitu UU No. 40 Tahun 2004, dan atas perintah UU tersebut kemudian dibentuk pula UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Yap, kembali pada permasalahan yaitu apakah sama antara Asuransi Sosial dan Jaminan Sosial?
Menurut saya, Asuransi Sosial dan Jaminan Sosial adalah sama. Hal ini karena keduanya sama-sama tetap bergantung pada pemberian sejumlah uang yang dibayarkan dimuka atau yang biasa disebut premi.Misalnya saja dalam kasus Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang diperuntukkan bagi pekerja, maka pekerja tersebut tetap dikenakan sejumlah potongan upah guna pembayaran premi JAMSOSTEK.

Lalu bagaimana dengan JAMKESMAS? Menurut saya, tetap adanya dilakukan pembayaran sejumlah uang yang dilakukan oleh pemerintah guna pelaksanaan dari jaminan sosial tersebut jika terjadinya sebuah evenement bagi masyarakat yang memenuhi kriteria yang ditetapkan yang berhak menerima JAMKESMAS tersebut.

Perlu diingat bahwa, pada sebelum tahun 1992 yaitu sebelum diundangkannya UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, nama dari jaminan sosial bagi pekerja tersebut ialah Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK).

Sebagai penutup, perlu diketahui bahwa asuransi sosial ini termasuk dalam program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam suatu program yang disebut dengan Social Insurance yaitu suatu upaya pemerintah yang dilakukan untuk mengatasi risiko sosial secara struktural. Jadi, Insurance = Asuransi = Jaminan :)