Semangatnya mengayuh sepeda dengan wajah berbinar di tengah hiruk pikuk padatnya lalu lintas Jogja di sore hari, membuatku semangat untuk segera menuliskan dari apa yang kulihat di sore ini tadi.
Yap, seorang bapak yang berusia sekitar 40-45 tahun dengan sigap dan semangat mengayuh pedal sepedanya demi menjajakkan sayuran yang ada di gerobaknya. Tumpukan sayur yang tinggal sedikit dan mulai menunjukkan kemalasannya untuk dijual, tak mampu menggoyahkan semangat si bapak untuk tetap mengayuh sepedanya sampai ada orang yang mau untuk membeli sayuran yang dibawanya itu.
Keringat bercucuran tiada henti, itu terlihat dari handuk yang dikalungkan dileher si bapak tak henti-hentinya di lapkan ke wajah si bapak, tak sedikitpun memudarkan senyuman si bapak sepanjang mengayuh sepedanya. Benar-benar sebuah senyum yang tulus yang terkembang diwajahnya.
Anakku, Istriku, menungguku dirumah.
Mungkin itu yang membuat senyum si bapak tak pernah pudar sedikitpun. Kerja keras orang tua tentunya tak pernah terlepas dari harapan-harapan pada anaknya untuk bisa menjadi lebih baik dari apa yang sekarang dikerjakan oleh orang tuanya. Aku yakin, bapak itu berharap anaknya kelak bisa menjadi orang yang berhasil, hingga ia begitu bersemangat menjalani pekerjaannya.
Tapi, terkadang sebagai anak, kita sering nggak sadar atau bahkan dengan sadar sering kali merepotkan orang tua. Misalnya, minta uang sekenanya biar bisa beli ini itu demi mengikuti tren mode yang sedang berkembang, bolos kuliah (*bagi para mahasiswa), males ngerjain tugas akhirnya bikin nilai jelek, dan sikap-sikap lain yang bikin repot orang tua.
Sampai kapanpun, kita sebagai anak nggak akan pernah bisa yang namanya bales jasa orang tua buat kita. Ibu. Udah ngandung kita selama 9 bulan 10 hari, melahirkan (perjuangan antara hidup dan mati), dan membesarkan kita. Gimana coba mau balesnya? Bahkan kita aja disuruh ini itu aja minta pake imbalan segala (*totally, kita sebagai anak g akan pernah bisa bales jasa mereka). Ayah. Kerja keras banting tulang demi biayain kita, dari lahir sampe kita gede begini. Ayah biasanya sosok yang diam, nggak sebawel ibu. Tapi sekali sosok ayah marah, hap! heninglah seisi bumi ini (lebaaay :p). Nah, boong banget kalo ada orang bilang, aku bisa bales jasa orang tua.
Yah, sebelum terlambat, nggak ada salahnya kita mulai merubah sikap pada orang tua. Menyenangkan hati orang tua pasti bisa buat kita bahagia. Dijamin deh ;)
Inget surat ini kan?
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)